Saya ingat, beberapa bulan lalu saat saya sedang sering-seringnya buka fesbuk, saya memperhatikan ada tag-tag yang tidak biasa, ke salah satu teman sekolah saya. Karena saya dan teman saya adalah Friend, saya bisa melihat post jika nama teman saya itu di tag. Tidak biasa disini maksudnya tag dilakukan oleh orang yang sebelum-sebelumnya hampir ngga pernah nge-tag dia, dan isi post tagnya juga menurut saya agak lebay. Waktu itu sih saya abaikan saja, hanya dalam hati merasa agak kaget-aneh (hahaha).
Waktu berlalu, dan beberapa hari lalu ada berita dukacita di wa grup alumni sekolah saya. Suami dari salah satu teman sekolah saya meninggal dunia, di usia 50 tahun. Yang menarik dan akhirnya membuat saya menulis post ini adalah, suami teman saya yang meninggal itulah yang menulis nge-tag post “aneh” yang saya sebutkan diatas.
Beberapa post yang saya ingat dituliskan dan di tag oleh si suami tersebut isinya seperti menyatakan cintanya kepada sang istri (a.k.a teman sekolah saya). Salah satu isinya kira-kira “ini dia kesayangannya om” (om merujuk pada panggilan diri sendiri, dan dia sedang berfoto bersama teman saya). Makanya saya sebut agak lebay… karena siapa sih jaman sekarang suami istri yang usianya sudah tua masih nulis post-post cinta seperti itu di medsos. Tetapi ketika berita dukacita itu muncul, semua menjadi tampak wajar bagi saya.
Menurut saya itulah manusia. Ketika menyadari bahwa “waktunya sudah dekat”, kita cenderung berpikir lepas dan bebas. Kita tidak lagi terlalu memikirkan dampak atau efek sosial apalagi yang jangka panjang, tetapi lebih memilih untuk melakukan hal-hal jangka pendek yang lebih terasa untuk diri sendiri dan lingkup kecilnya (keluarga dan/atau teman dekat).
Saya memang tidak tau berapa lama suami teman saya menderita penyakitnya, tetapi saya punya asumsi yang kuat bahwa ketika dia mengetahui waktunya sudah dekat (mungkin dokter sudah vonis akhir atau ada gejala berat yang sudah terjadi), dia memilih untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan hatinya dan hati istri & anak-anaknya, salah satunya dengan memposting perasaan-perasaan cintanya di media sosial, terlepas dari segala ejekan yang mungkin dia terima dari teman-temannya karena tampak aneh atau lebay. Buat saya, masih memiliki waktu untuk bisa lepas dan bebas seperti itu adalah sebuah keberuntungan, karena dia masih punya kesempatan untuk melakukan hal yang mungkin banyak orang [yang sudah meninggal] tidak sempat lakukan.
Jadi, apa yang akan kamu lakukan ketika mengetahui waktumu sudah dekat?