Dulu saya pernah memberikan sebuah prinsip sederhana dalam mengelola keuangan, yaitu pengeluaran harus lebih kecil dari pendapatan. Sangat sederhana dan saya percaya semua orang mengerti maksudnya, namun saya juga yakin kalau prakteknya itu sulit pake banget.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana kalau ternyata kondisi saat ini sedang kebalik? Artinya posisi pengeluaran lebih tinggi dari pendapatan. Jawabannya sederhana, kurangi pengeluaran atau tambahkan pendapatan.
Untuk kita para pekerja fulltime, apalagi sudah berkeluarga, sepertinya opsi menambah pendapatan jauh lebih sulit, karena waktu yang dimiliki tentu sudah menipis. Boro-boro punya waktu untuk bekerja sampingan, untuk mengurus keluarga atau diri sendiri saja mungkin masih kurang waktu. Saya bisa berkata seperti ini karena saya pribadi mengalaminya. Saat ini saya bekerja fulltime, dan saya juga ada rumah/keluarga yang harus diurus, jadi ketika muncul ide-ide untuk membuka usaha atau mencoba berbisnis, jujur saya takut. Ketakutan saya lebih kepada ketika nanti saya berusaha untuk fokus pada bisnis tersebut, keluarga saya mungkin “terlupakan”, atau diri sendiri tidak lagi terurus. FYI, untuk menulis secara rutin di blog ini saja tidak bisa setiap hari. Bisa menulis seminggu 1x sudah bersyukur, dan inipun karena saya suka menulis jadi saya memang merasa enjoy melakukannya.
Balik lagi… jadi jika menambah penghasilan itu sulit, ya kurangi pengeluaran. Kebanyakan orang berpikir bahwa mengurangi pengeluaran itu sulit, tetapi sebenarnya tidak selalu demikian. Pemikiran sulit itu biasanya muncul karena kita tidak mengetahui dengan jelas uangnya kemana saja. Dengan kata lain, tidak ada pencatatan yang jelas dan detil untuk setiap pengeluaran yang kita lakukan setiap hari, setiap bulan.
Jika kita bisa mengetahui uang yang dikeluarkan untuk apa saja, tinggal melihat history catatan beberapa bulan kebelakang, lihat pola pengeluarannya, cari pemakaian uang yang sebenarnya tidak diperlukan untuk dihilangkan, atau kurangi sedikit demi sedikit sehingga kedepannya nominal angkanya semakin mengecil. Contoh: dari catatan terlihat bahwa setiap hari selasa dan kamis ada pertemuan makan siang dengan teman. Secara rata-rata, beli makanan+minuman bisa 50 ribu/pertemuan sehingga seminggu habis 100rb, sebulan bisa 400-500rb. Dari sini bisa coba diakalin, misalnya bawa minum sendiri dan beli makan yang paket murah (karena toh yang penting ketemuannya, bukan makan mahalnya). Jika kemudian bisa 30rb/pertemuan saja, maka 1 minggu 60rb, dan 1 bulan menjadi 240-300rb.
Contoh lain: dari catatan diketahui kalau ada pembelian internet setiap bulan 100-200rb. Betul internet itu diperlukan, tapi bukan berati harus beli banyak dan mahal. Pelajari lagi history pemakaian internetnya. Jika ternyata pemakaian tidak perlu terlalu tinggi, coba kurangi dengan memilih paket yang lebih murah, atau gunakan wifi (misal dikantor) ketika perlu melakukan hal-hal yang memakan kuota (misalnya download).
Sampai sini jelas, ya? Ketika catatan lengkap, saya percaya pasti ada celah untuk menurunkan pengeluaran, tinggal pintar-pintarnya kita melihat dan menganalisa pengeluaran-pengeluaran tersebut.
“Hm… gimana kalau saya tidak punya catatan pengeluaran, min?” Ya mulai buat. Tidak sulit sebenarnya, tinggal mencatat setiap kali mengeluarkan uang, apakah itu pengeluaran kecil seperti membayar parkir atau beli eskrim, atau pengeluaran besar seperti membayar tagihan rutin atau cicilan. Tuliskan saja semuanya. Jadikan kebiasaan sehingga nantinya hal itu akan menjadi refleks. Gunakan buku atau catatan aplikasi, apapun yang menurutmu nyaman. Semangat!