Keindahan tersembunyi

Beberapa waktu lalu akhirnya kami bisa travelling lagi. Yihaa! Terima kasih untuk libur long weekend yang cukup panjang. Memang sih, kami masih dalam kondisi “financial challenge” yang belum usai sehingga tidak bisa jalan-jalan dengan pesawat, jadi pakai mobil sudah cukup. hehehe…

Awalnya saya merencanakan untuk pergi ke kota Garut (rekomendasi teman saya), tetapi ketika saya melihat rute tercepat-nya yang harus lewat Bandung dan fakta bahwa kami baru bisa jalan agak siang di hari pertama long weekend, saya memutuskan untuk tidak pesan hotel dulu. Saya ragu karena biasanya jalan ke Bandung macet total ketika long weekend. Dan ternyata tebakan saya benar.

Sekitar 1 jam sebelum kami berangkat, saya melihat jalan tol arah Bandung sudah mulai merah padam di beberapa titik. Sebenarnya kalau dipaksakan memang bisa saja sampai Garut di hari itu, hanya saya tidak suka macet-macetan, apalagi si bocil juga belum terlalu suka berlama-lamaan di mobil. Akhirnya saya mencari alternatif rute lain. Setelah mempertimbangkan beberapa hal, kami putuskan untuk jalan ke arah tol Jawa, sampai Subang main, menginap di Sumedang, lalu besoknya baru jalan ke Garut dari Sumedang.

Terima kasih kepada mbah gugel yang selalu bisa memberikan informasi yang banyak, kami bisa mencari tempat wisata yang searah dengan tujuan trip. Di Subang kami berhenti untuk main di tempat wisata yang namanya D’Castello. Spot yang bagus untuk berfoto-foto, dan tempat mainnya juga asik. Dari Subang kami melanjutkan perjalanan ke hotel di Sumedang. Pemilihan hotel ini berdasarkan review dan harga yang menarik. Disinilah kami mendapatkan pengalaman baru.

Tak disangka, rute untuk mencapai hotel cukup menantang. Anak saya sampai beberapa kali bertanya “benar ini jalannya?” karena kami harus melewati jalan yang cukup sempit. Untuk bis sepertinya hampir tidak mungkin, kecuali mungkin bis kecil. Tetapi ketika sudah sampai di area hotel, barulah terlihat lokasi yang sangat luas. “Akhirnya…” pikir saya.

Kami sampai di hotel tersebut sudah sore dan sepanjang jalan memang sudah ada hujan, sehingga tadinya saya pikir wajar jika udaranya dingin, karena di Bekasi saja masih dingin jika hujan dari pagi. Sampai di kamar, ketika tirai balkon dibuka, saya cukup kaget karena pemandangannya bagus poll. Ternyata kamar hotel kami menghadap kolam renang yang dikelilingi hutan. Cantik sekali.

Di sore hari para tamu bisa mendapatkan snack sore berupa gorengan dan teh, jadi kami sempatkan berjalan ke arah restoran yang ternyata dekat air terjun mini. Saya sebut “air terjun mini” karena penampakannya mirip dengan air terjun meski tidak tinggi. Aliran airnya deras dan banyak batu-batu. Dan airnya jernih sekali. Saya sudah lupa kapan terakhir saya melihat suasana seperti itu. Disini kami baru merasa wajar jika jalanan ke hotel cukup sempit, karena biasanya area yang ada air terjun pasti cukup jauh di dalam hutan (harus trekking).

Sampai disini sebenarnya kami sudah cukup puas dengan suasana yang kami dapatkan, tetapi kemudian ada “kejutan” lagi, yaitu kamar hotel yang tak ber-AC. Di kamar mandi ada pemanas air, hanya memang sepengalaman saya, hotel-hotel biasa ada pemanas, jadi bukan hal aneh. Hanya non-AC ini yang aneh. Awalnya saya hampir tidak percaya, apa benar akan sedingin itu, apalagi anak-anak perkotaan tidak akan bisa tidur kalau tidak ada AC. Tetapi memang benar dingin! Sudah berselimut-pun masih dingin. Di pagi hari kami melihat kabut yang cukup tebal dari balkon yang menghadap ke hutan tadi. Pemandangan yang benar-benar indah. Suami saya juga berkata kalau mobil kami diparkiran tertutup “kabut”, artinya memang udaranya dingin.

Luar biasa! ini saja 2 kata yang bisa menggambarkan suasana hotel di Sumedang tersebut. Saya sangat merekomendasikan untuk mereka yang mencari tempat staycation. Namanya Kampung Karuhun. Saya tidak pernah menyangka masih bisa menemukan keindahan di lokasi yang boleh dibilang tidak terlalu jauh dari Jakarta. Inilah yang saya sebut “keindahan tersembunyi.”