Pos keuangan

Di awal-awal tahun ini saya ingin berbagi pengetahuan tentang salah satu prinsip mengatur keuangan, yaitu pembuatan pos keuangan. Tujuan utamanya sederhana, yaitu membatasi pengeluaran. Analoginya seperti peternak yang membuat pagar sehingga ternak-ternaknya tidak pergi atau main diluar pagar.

Namanya manusia, kalau ada uang ditangan itu pengennya dihabisin. Percaya, gak? kalau tidak percaya, coba saja berikan uang 1 juta kepada seorang teman, katakan dia boleh menggunakan uang itu untuk apa saja, saya percaya dia akan segera menghabiskannya, kalau dia ke mall mungkin akan habis dalam waktu setengah hari. Demikian pula ketika seorang pekerja mendapatkan gaji bulanannya, jika tidak ada pembatasan, kemungkinan akan habis dalam waktu kurang dari 1 bulan. Nah, karena itulah perlu namanya pos pengeluaran untuk membatasi keinginan menghabisi uang yang kita pegang.

Pos pengeluaran dalam kehidupan sehari-hari bisa berupa apapun, apakah itu amplop (bagi yang masih senang menggunakan uang cash), atau rekening terpisah (jika sudah lebih sering cashless). Rekening disini juga dapat berupa dompet digital / wallet seperti Gopay, Ovo, dll.

Secara umum, pos pengeluaran terbagi menjadi beberapa bagian, misalnya makan, utilitas, transportasi, cicilan, dll. Detilnya tergantung pada kondisi dan pilihan masing-masing. Misalnya untuk saya pribadi, saya hanya membagi ke dalam 4 bagian saja, yaitu Perpuluhan, Daily (sehari-hari), Utilitas/Rutin, dan Hutang/Investasi. Rutin itu seperti uang sekolah atau asuransi. Utilitas dan Rutin itu saya satukan karena biasanya utilitas juga harus rutin dibayar, misalnya listrik, internet, air, IPL. Kenapa hutang dan investasi dijadikan satu? karena buat saya, tidak bijak untuk investasi ketika masih ada hutang, Kecuali hutangnya berupa cicilan / nominal besar dan itupun artinya investasi dilakukan untuk mengumpulkan sehingga bisa melunasi hutang besar tadi.

Pembagian uangnya di pos-pos itu bagaimana? sebenarnya terserah dan balik lagi, bergantung pada kondisi masing-masing, tetapi jika kamu membaca-baca artikel financial planning, ada beberapa saran yang diberikan dalam konteks pembagian pos pengeluaran. Contohnya adalah 20-80, 20-30-50, 10-20-30-40. Saya sendiri suka dengan konsep 10-20-30-40. Simple… Porsi yang terbesar (40%) tentu saja untuk sehari-hari, kemudian untuk porsi hutang/investasi saya sesuaikan dengan kondisi. Jika saya ada hutang (misalnya ada pengeluaran tak terduga – unexpected expenses), maka porsi 30% saya gunakan untuk hutang, sisanya 20% untuk utilitas/rutin dan 10% untuk perpuluhan.

Bagaimana kalau ternyata tidak cukup? Misalnya untuk utilitas/rutin tidak cukup 20%? Ya ini memang wajar, misalnya sedang cuaca panasss sehingga lebih sering menggunakan AC -> tagihan listrik meningkat, atau sedang keluar kota jadi butuh paket data tambahan -> beli paket data. Jika memungkinkan, gunakan porsi dari pos lain, misalnya yang Daily, atau jika memang tidak memungkinkan, gunakan tabungan / dana darurat. Nantinya ketika hutang sudah lunas, maka porsi utilitas dikembalikan ke 30% dan tabungan / dana darurat diisi kembali. Pada intinya pengaturan pos-pos ini dapat fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi masing-masing.

Namun demikian, jika kondisi “tidak cukup” terjadi berulang-ulang, maka kita perlu melakukan evaluasi pengeluaran, apa saja yang membuat pengeluaran tinggi sehingga memakan habis pos sebelum waktunya. Misalnya diketahui pos Daily selalu kurang selama 3 bulan berturut-turut karena ada biaya transportasi yang lebih tinggi untuk ke kantor, yang tadinya naik kereta diganti naik ojek online. Dalam hal ini kita perlu evaluasi apakah perlu mengganti moda transportasi tadi, atau misalnya diatur untuk ganti ojek online hanya 2 hari dibandingkan 5 hari dalam seminggu. Jika tidak memungkinkan, maka perlu memangkas biaya lainnya, misalnya biaya makan dikurangi untuk bisa menutup biaya transportasi.

Sampai sini paham, ya? Tentu saja kita tidak akan dapat benar-benar paham jika tidak dipraktekkan langsung. Teori finansial akan percuma jika tidak digunakan secara langsung dalam kehidupan kita. Jadi, coba praktekkan dahulu. Gunakan porsi pembagian yang menurutmu sesuai dengan kebutuhan, kalaupun ternyata tidak sesuai, dapat kamu ganti lagi nantinya. Semangat!