Beberapa waktu lalu saya mendapatkan informasi mengenai besaran gaji seorang guru yang mengajar di sekolah anak saya. Waktu itu saya sangat kaget, karena guru tersebut adalah guru yang sudah senior, mengajar lebih dari 20 tahun di sekolah tersebut, dan gajinya hanya sekitar separuh gaji UMR Jakarta. Separuh = setengah, ya, btw.
Saat baru mengetahui hal tersebut, hati saya sejujurnya sedih. Di keluarga saya pribadi, saya yang bagian mengelola keuangan, jadi saya tau bahwa pengeluaran sebuah keluarga itu tidak sedikit. Istilah yang mama saya pakai “sekarang ini apa-apa mahal.” Bayangkan saja, jika untuk makan 1 hari 100 ribu, maka 1 bulan perlu 3 juta. Dengan gaji setengah UMR Jakarta saja sudah tidak cukup, dan ini baru untuk makan, belum bayar listrik, air, internet, belanja kebutuhan rumah tangga seperti sabun, detergen, dll. Benar bahwa guru-guru biasanya mengajar juga diluar sekolah (a.k.a les), tetapi ini biasanya termasuk pendapatan yang tidak tetap, karena anak les bisa tiba-tiba berhenti atau minta libur jika sekolah libur. Jadi pada dasarnya pendapatan dari les tidak dapat diharapkan juga.
Ketika saya ngobrol dengan suami mengenai hal ini, dia mengucapkan 1 kata yang akhirnya saya jadikan judul post, “Pengabdian”. Ya, memang benar sekali kalau guru-guru yang sudah lumayan lama saya kenal itu benar mengabdi. Mereka tidak masalah digaji dengan nilai seperti itu meskipun saya tau benar betapa profesi itu juga membutuhkan effort tinggi. Anak saya 8 tahun bersekolah disitu, jadi saya cukup mengenal semua guru dan staffnya, termasuk mendengar cerita-cerita tentang anak-anak bermasalah. Secara logika awam, seorang pekerja pasti memikirkan banyak faktor ketika ingin tetap bekerja di suatu tempat. Nomor satunya biasanya gaji yang diterima dibandingkan dengan tenaga atau waktu atau effort yang dikeluarkan atau lingkungan kerjanya. Ketika lingkungan kerjanya sulit atau tenaga/waktu yang dikeluarkan terlalu tinggi, meskipun gajinya besar, ada kalanya si pekerja memilih berhenti (dulu saya juga pernah seperti ini). Apalagi kalau gajinya kecil dan effortnya tinggi…
Di tahun yang baru ini, saya menulis post ini dengan harapan saya dapat mengingat untuk berbagi dengan guru-guru disekolah itu ketika saya mendapatkan berkat. Saya juga berharap pembaca yang membaca post ini, terutama yang memiliki berkat berlebih, memiliki kerinduan untuk juga berbagi dengan guru-guru yang memiliki pengabdian di sekolah sekitarmu tinggal. Saya percaya ketika guru-guru sejahtera, maka pendidikan untuk anak-anak kita juga akan semakin baik. Amin!