Beda definisi

Belum lama ini saya dengar di radio mengenai suatu hal yang bagi saya lucu. Jadi ceritanya pendengar radio boleh mengirimkan pesan suara (voice note) mengenai hari mereka. Ada satu suara yang diperdengarkan, suaranya menunjukkan perasaan yang sangat amat gembira luar biasa, kalau saya bayangkan itu seperti habis menang undian, tapi ternyata dia senang karena di pagi itu dia mengajukan cuti dadakan dan disetujui atasan.

“Haaa?” serius ini respon saya saat itu, setelah itu saya ketawa. Ya maaf, tapi jujur saja saya sampai bertanya-tanya sendiri, masa iya karena cuti dadakan disetujui saja sampai senangnya seperti itu. Padahal dikantor saya cuti dadakan itu hal yang biasa saja, malah yang kebangetan pun ada (misalnya cuti dari pagi tapi baru info siang atau ketika mau dikasih tugas baru). Tentu saja, meskipun dikantor saya cuti dadakan itu hal umum dan kemungkinan besar disetujui, karyawan yang bersangkutan pastinya akan melihat dahulu apakah di hari tersebut ada jadwal meeting atau aktivitas atau deadline projectnya. Jika sudah ada jadwal sesuatu maka tidak mungkin dia mengajukan cuti dadakan terkecuali masalah kedukaan (misal ada keluarga tiba-tiba meninggal).

Balik lagi ke radio tadi… setelah beberapa waktu, saya kembali merenung dan menyadari bahwa memang setiap kita memiliki “definisi” berbeda-beda terhadap suatu hal. Contoh radio tadi adalah mengenai pengajuan cuti dadakan. Contoh lain dari “beda definisi”, ada orang tua yang merasa luar biasa senang ketika anaknya bisa naik kelas, tetapi ada pula yang orang tua yang biasa aja. Atau ada orang yang gembira sekali ketika gajinya naik 500 ribu, tetapi ada orang-orang yang naik gaji 1 juta-pun merasa diperlakukan tidak adil karena ‘hanya’ naik 1 juta. Ini semua contoh yang benar-benar terjadi, lho.

Kesimpulannya, setiap kita memang memiliki “definisi” berbeda. Ada hal yang bagi kita super penting tetapi bagi orang lain biasa saja, tetapi untuk hal lain buat kita biasa tetapi bagi orang lain sangat amat luar biasa. Ada sesuatu yang dapat kita miliki dengan mudah, tetapi bagi orang lain sangat sulit; dan ada pula yang menurut kita susah dipunyai tetapi bagi orang lain sangat mudah. Dengan demikian, bersyukurlah untuk hal-hal yang dapat kita miliki karena bagi orang lain mungkin merupakan hal yang sulit diperoleh. Dan, jangan menyerah ketika ada hal yang sulit karena jika ada yang bisa memperolehnya, maka kita pun mestinya bisa. Semangat!