Merasa penting

Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel yang sangat menarik, tentang cerita penangkapan pencuri uang digital terbesar sepanjang sejarah. Si pencuri “mengambil” 50 ribu Bitcoin pada tahun 2012. Untuk kalian yang tidak tau Bitcoin, silahkan tanya mbah gugel. Untuk nilainya sendiri, saat ini sih ratusan juta per-keping. Jadi jika diuang-kan, 50.000 x 100 juta saja = buanyakkkkkkk.

Orang yang mencuri adalah seorang anak muda. Usianya tertulis baru 28 tahun, dan setelah mencuri itu dia mulai hidup foya-foya. Ya, saya istilahkan “foya-foya” karena memang yang digambarkan dicerita adalah seperti demikian. Membeli rumah mewah yang di basement nya ada set bar lengkap, punya sederet mobil mewah, kapal yacht, menyimpan uang cash 1 juta dollar di dalam rumah untuk membuat wanita-wanita tertarik, sering mentraktir 1 restoran, bahkan pernah disebutkan dia menyewa pesawat pribadi untuk dia dan beberapa teman nonton pertandingan di Los Angeles.

Cerita penangkapannya sendiri sangat seru karena pada awalnya polisi sangat sulit melacak siapa yang mengambil bitcoin di tahun 2012 tersebut. Ya memang salah satu keunggulan bitcoin dalam transaksi adalah kerahasiaan identitas para pengguna, beda dengan kalau kita bertransaksi dengan rekening bank, semua tercatat jelas. Polisi membutuhkan waktu sekitar 1 dekade untuk kemudian berhasil mendapatkan identitas si pencuri, itupun karena anak muda tadi melakukan satu kesalahan kecil.

Singkat cerita, polisi akhirnya berhasil membuktikan bahwa si anak muda tadi mencuri 50 ribu bitcoin di tahun 2012 sehingga kemudian di tangkap, lalu sisa bitcoin yang belum terpakai diserahkan ke negara. Ketika diwawancarai, ada satu kalimat yang membuat saya mendapatkan ilham untuk menulis post ini. Dikatakan bahwa ketika dia memiliki 50 ribu bitcoin, dia merasa menjadi orang yang penting.

Gubrak! Give me a break! -> ya ini respon jujur saya. Ya well, mungkin karena dia masih muda kali ya, masih usia mencari jati diri, jadi dia menganggap bahwa uang dapat membuat dirinya “diinginkan orang banyak.” Postur badannya memang gemuk dan pendek (ada beberapa foto-nya di artikel), jadi mungkin dia berpikir bahwa memang dia tidak akan diperhatikan orang banyak sekiranya dia tidak punya uang yang super banyak. Namun demikian, fakta bahwa dengan adanya uang banyak hanya membuatnya menghambur-hamburkan uang dan tidak membuat perbedaan lain (misalnya pergi ke gym membentuk badan, atau memberi donasi besar, atau membuat yayasan amal, atau mendirikan perusahaan, dll), perasaan “menjadi orang penting” hanya akan bertahan selama dia memiliki uang banyak. Artinya setelah dia keluar penjara dan dia menjadi miskin kembali (bitcoin nya sudah diambil oleh negara), kemungkinan dia akan menjadi orang yang sangat rendah diri, atau malah mungkin kembali menjadi jahat dengan berusaha mendapatkan uang banyak dengan jalan singkat. Who knows

Kesimpulan dari saya, saya percaya uang tidak akan dapat membuat seseorang menjadi beneran penting. Pentingnya pas ada uang saja, jika sudah tidak ada uang, bye!

Tetapi ketika uang tadi digunakan sebagai alat atau modal untuk mencapai hal-hal atau tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi orang banyak (seperti yang saya sebutkan diatas, misalnya membuat yayasan amal atau mendirikan perusahaan sehingga menyerap tenaga kerja, dll) maka barulah dia menjadi orang yang beneran penting. Semoga ini bisa menambah wawasan kamu.