
Suatu hari saya melihat posting fesbuk dari salah satu kerabat. Postingannya itu tentang foto trip nya keluar negri di bulan November. Lalu ada kata-katanya kira-kira ‘libur duluan sebelum libur anak sekolah’ disertai ajakan untuk ikutan bisnis seperti dia. Saya baca postingan itu lalu berpikir “ini orang kayanya salah konteks, deh.”
Saya menangkap pesan yang coba disampaikan adalah bahwa ketika kita mau join bisnisnya, maka kita bisa dapat uang banyak sehingga bisa liburan kapanpun. Padahal sepemahaman saya sebagai orang tua yang anaknya juga sekolah, orang tua yang berlibur mengikuti jadwal anak sekolah Bukan karena ada uang atau tidak ada uang, tetapi karena mau anak-anaknya juga ikut berlibur, wong sekolah kan tidak bisa cuti. Dengan kata lain, kalau ada orang tua yang berlibur diluar libur sekolah (apalagi keluar negri yang notabene agak lama), pasti anak-anaknya tidak ikut. Artinya tidak ada hubungannya dengan uang banyak. Kamu ada uang banyak tapi mau ajak anak-anak ya mesti tunggu libur sekolah.
Kesalahan konteks kedua adalah kesan bahwa bisa liburan diluar libur anak sekolah itu perlu uang banyak, padahal justru sebaliknya. Rasanya kebanyakan kita sudah tau bahwa tiket pesawat dan hotel justru harganya melambung ketika sudah dekat liburan sekolah, artinya kalau mau murah ya justru jalan-jalan sebelum anak sekolah libur. Dulu teman kantor saya liburan ke Eropa di bulan November (mengajukan cuti hampir 3 minggu dari sejak sekitar 6 bulan sebelumnya) karena katanya kalau dihitung-hitung, biaya tripnya bisa setengah dibandingkan jika pergi di bulan Desember, meskipun di Desember-Januari sebenarnya ada beberapa hari libur. Jadi dia memilih cuti lebih banyak supaya jalan-jalannya jauh lebih murah. Saya bayangin, anggap trip ke Eropa 2 minggu biayanya 20 juta (murah, lho…) maka teman saya itu bisa hemat sampai 10 juta. Pantesan, dah.
Kesimpulannya apa, min? menurut saya kalau mau anak senang, jalan-jalannya pas sekolah libur. wkwkwkwk…