Di antara harta dan cinta

Beberapa waktu lalu saya menonton serial drama yang menceritakan kehidupan seorang laki-laki muda yang miskin tetapi berbakat. Dia sangat berbakat dalam dunia musik sehingga ketika ada kesempatan karyanya disiarkan di internet dan dilihat oleh seorang guru musik, pria itu segera dicari, dihubungi, dan ditawarkan beasiswa untuk melanjutkan studi tingkat lanjut di sekolah guru tadi, dengan catatan tentu saja dia harus belajar lebih rajin karena akan diikutsertakan dalam lomba, konser, dll.

Singkat cerita, laki-laki itu kemudian jatuh cinta kepada salah satu guru di sekolahnya. Kalau lihat dari situasinya, jatuh cinta pada pandangan pertama… uhuuuyyyyyy. Wanita itu jauh lebih berumur, dan sebenarnya bukan guru aktif, tetapi hanya guru pengganti karena posisi utamanya se-level direktur. Dan bisa ditebak juga dari posisinya tadi, wanita itu kaya raya. Rumahnya di kota besar dan tingkat dua, dirumah ada asisten rumah tangga, mobilnya merek ternama, baju & tas nya bermerek semua.

Namanya juga drama, kondisi dan situasinya bisa gitu di pas-paskan. Diceritakanlah, guru utama berhalangan, maka wanita direktur tadi harus mengajar si pria muda karena ada deadline lomba musik. Setiap hari bertemu selama berjam-jam membuat si pria itu akhirnya mengungkapkan isi hatinya kepada wanita yang jauh lebih tua tersebut. Seperti sudah diduga, awalnya wanita itu tidak menerimanya karena perbedaan usia yang sangat jauh. Tetapi lama-kelamaan, karena memang si pria itu tulus, wanita tadi luluh hatinya.

Di sisi lain cerita drama itu, ternyata sekolah musik itu memiliki banyak konflik, banyak masalah. Sebagai direktur, wanita itu sering “diminta” pemilik (owner) untuk bisa menutup-nutupi setiap masalah yang ada sehingga orang luar melihat sekolah itu adalah sekolah yang hebat dan baik-baik saja. Sampai pada suatu titik, wanita ini tidak tahan lagi dengan masalah di sekolahnya yang semakin menjadi-jadi (semakin kompleks dan melibatkan pelanggaran hukum) serta tuntutan-tuntutan dari owner sehingga menjadi depresi. Wanita itu akhirnya banyak curhat kepada si pria karena memang pria itu banyak membantu menenangkan hatinya. Suatu kali, pria muda itu, yang mulai terkenal dengan permainan musiknya, akhirnya meminta wanita itu untuk melepaskan jabatannya dan pergi bersama dia, hidup bersama ditempat yang jauh agar tidak lagi menghadapi masalah-masalah di sekolahnya. Pria itu meyakinkan si wanita bahwa dia sudah bisa menghasilkan uang dari karya-karya musiknya sehingga akan bisa mencukupi kebutuhan mereka berdua meski tidak semewah kondisi si wanita saat itu…..

—————–

Drama bangettttt, gak, sih? Ya memang drama, makanya bisa bikin hati penontonnya sedih, senang, simpati, kesal, marah… kaya nano-nano.

Tapi yang menarik dari drama itu, saya menangkap bahwa pada akhirnya harta memang tidak bisa berbuat banyak dalam kehidupan. Iyes si wanita itu hidup dalam kemewahan dan fasilitas lengkap, tetapi ternyata depresi, tuh. Perusahaan dimana dia mendapatkan harta yang melimpah ternyata menyimpan banyak konflik dan malah ada yang mengarah ke kejahatan (seputaran money laundry). Hidup mewah tapi takut & stress. Emang enak kaya gitu?

Trus endingnya gimana, min?”

Si wanita itu akhirnya menyerahkan diri ke polisi. Dia mengungkapkan semua yang ditutup-tutupi selama ini oleh owner dan jajarannya. Dia tetap dipenjara karena meskipun dia mengungkapkan kejahatan, dia-pun sudah lama terlibat. Namun si pria muda itu ternyata tetap mencintai si wanita. Di scene terakhirnya, pria itu datang ke penjara dan mengatakan kalau dia akan menunggunya sampai keluar penjara dan memintanya untuk mendampingi hidupnya nanti. cuitttt… skor 1-0 untuk kemenangan cinta.