
Beberapa waktu lalu saya menonton film drama lucu. Ceritanya mengenai seorang wanita sukses dengan karir di kota Jakarta, tetapi belum menikah meski usia sudah diatas 30 tahun. Orang tuanya ada di kota kecil, jadi sudah dapat ditebak kalau si wanita ini sering “didesak” untuk segera menikah, sampai dibanding-bandingkan dengan kakaknya yang menikah sudah lama dan punya anak bujang.
Ya, saya pernah dengar istilah untuk orang-orang yang Bukan tinggal di perkotaan bahwa menikah muda adalah hal yang biasa. “Kalau sudah lulus sekolah tidak menikah mau ngapain lagi?” kira-kira seperti itu omongannya.
Balik ke film tadi. Singkat cerita, orang tua si wanita pura-pura sakit, lalu meminta agar anaknya mau berkunjung ke desa merayakan anniversary orang tua dengan membawa pasangan. Namanya anak mendengar orang tua sakit, seperti harapan terakhir, maka disetujui. Karena waktu yang pendek dan kesibukan kerja, wanita ini “menyewa” aktor untuk menjadi pacar yang bisa dibawa kepada orang tuanya.
Sesampainya di rumah orang tua di desa, mulailah perkenalan orang tua dengan sang calon mantu. Yang lucu, si orang tua ini memiliki “checklist calon menantu” dirumahnya. Berbekal checklist tersebut, orang tua itu lalu menjalankan skenario-skenario untuk melihat apakah pacar anaknya itu lolos kriteria yang sudah ditetapkan. Sudah kaya apa aja ya…. hahaha.
Sebenarnya si aktor tadi dinyatakan lolos kriteria, dia bisa memenangkan hati seluruh keluarga termasuk anak bujang sang kakak. Orang tua pun sampai meminta lamaran sesegera mungkin. Namun karena wanita itu memang tidak mau menikah dan hanya pura-pura pacaran, dia membuat satu kejadian yang membuat ayahnya marah besar kepada pacarnya sampai “diusir”.
Dalam pertengkaran ayah-anak itu terucaplah kata-kata “Ayah ingin menantu sempurna, mana ada yang seperti itu?” lalu ayahnya menjawab “suami kakakmu itu sempurna!”
…….
Terjadi keheningan sesaat, lalu wanita itu melangkah keluar rumah.
Beberapa hari setelahnya, ketika sedang sarapan bersama sebelum semua kembali ke Jakarta, anak bujang sang kakak membuat sindiran untuk ayahnya (yang dianggap menantu sempurna-red) sehingga menimbulkan pertengkaran sampai ada kekerasan (pemukulan) dari si menantu kepada istrinya, sampai orang tua tadi langsung mengusir menantu itu keluar dari rumahnya. Setelah kejadian itu, barulah orang tua wanita tadi diberitahu bahwa sebenarnya menantunya sering KDRT tetapi ditutupi oleh anaknya sendiri dan memang tidak ada yang tau karena mereka tinggal di kota yang cukup jauh.
Kesimpulan yang saya dapatkan dari film tadi…. pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Kita bisa memiliki kriteria-kriteria (bibit bobot bebet) yang mungkin menurut pandangan mata kita menentukan seseorang sempurna atau tidak, tetapi tetaplah manusia pasti ada kekurangannya. Tinggal apakah kita bisa menerima kekurangannya, atau mengusahakan bersama agar Tuhan mengubah sedikit demi sedikit kekurangan tersebut.
Btw, filmnya happy ending, koq… si wanita itu akhirnya bisa berdamai kembali dengan orang tuanya, dimana orang tuanya itu akhirnya sadar bahwa memaksakan kehendak (kriteria-kriteria) mereka juga tidak baik, yang penting anaknya bisa hidup bahagia dengan pasangan yang dipilihnya. so sweeeeett…