Perubahan butuh proses dan waktu

Beberapa waktu lalu saya mendengar cerita analogi yang menarik. Dulu 17 Agustus 1945 ketika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan, apakah kemudian Belanda langsung menghilang? Tidak. Apakah tanggal 18 Agustus 1945 rakyat Indonesia sudah berhenti berperang? Belum. Cobalah tanyakan kepada kakek-nenek kita atau senior-senior yang saat itu sudah ada (hidup dijaman itu-red). Benar tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, tetapi bukan berati pada hari itu penjajah sudah hilang. Rakyat Indonesia tetap berperang bahkan setelah bertahun-tahun lewat hari kemerdekaan. Sejarah mencatat, beberapa perang yang terjadi pasca kemerdekaan, antara lain perang Ambarawa (Des 1945), Bandung Lautan api (1946), Agresi militer (1947), dll. Apa artinya? Artinya deklarasi bisa terjadi tetapi perubahan itu tetap butuh proses dan waktu.

Ketika saya memahami analogi tersebut, saya menyadari kebenarannya. Saya berikan satu analogi lagi, coba bayangkan seseorang yang baru dipanggil masuk ke pelatihan para atlet, apakah pada hari itu juga orang tersebut sudah menjadi atlet? Tentu belum. Ketika orang tersebut menjalani setiap latihan dan proses di dalam pelatihan-pelatihan, kemudian sampai periode tertentu dia lalu diikutkan dalam pertandingan-pertandingan, barulah dia benar-benar disebut atlet. Sampai sini paham, ya?

Apa yang menjadi impianmu, deklarasikan itu, kemudian lakukan prosesnya dengan semangat karena untuk mencapainya pasti butuh waktu. Perubahan itu bukan sulap yang cukup sekali menjentikkan jari langsung terjadi. Perubahan adalah sesuatu yang perlu dikerjakan, sesuatu yang butuh proses sehingga pastinya melibatkan waktu yang biasanya juga tidak sebentar. Hal ini juga berati bahwa ketika apa yang kamu impikan belum tercapai, artinya proses dan waktunya belum kelar. Deklarasikan kembali dan jalani prosesnya sampai benar-benar terjadi.

Saya pribadi sebelumnya berpikir bahwa ketika saya ingin menjadi apa yang saya impikan (menjadi penulis dan pengajar), saya harus resign dulu dari pekerjaan saya untuk menjadi fulltimer penulis dan pengajar. Dan untuk hal ini cukup sering membuat saya galau karena saya harus realistis dengan kondisi finansial dan kebutuhan keluarga terutama untuk jangka panjang. Tetapi setelah saya memahami analogi tadi, hati saya menjadi damai juga. Bukan masalah resign dan tidak perlu menunggu pensiun dulu, tetapi proses itu sudah bisa dimulai ketika saya mendeklarasikan dan kemudian mulai menjalankan proses untuk menjadi penulis dan pengajar, yaitu membuat tulisan dan melakukan pengajaran.

Semoga post ini bisa menambah wawasan kita bersama serta memberikan semangat untuk terus mencapai apa yang menjadi impian kita. Amin!