Dua musim di Jepang

Belakangan ini saya sudah banyak melihat iklan-iklan tour ke berbagai negara. Ya, sepertinya memang masa-masa “lockdown” sudah berakhir dan sudah saatnya untuk memulai perjalanan kembali. Yang menarik dari beberapa iklan tour adalah tematiknya. Jadi ada tema winter (musim dingin) dan salju untuk perjalanan desember – januari, atau nanti akan ada tema spring (musim semi) yang biasa berlangsung setelah musim dingin. Foto-foto di iklannya sangat amat cantik dan menarik, tetapi sayangnya pasti tidak nyaman di kantong karena hanya bisa melihat 1 musim saja di negara tujuan. Kemudian saya teringat trip saya ke Jepang dulu.

Saya bersyukur bahwa Tuhan memberikan saya talenta dalam hal perencanaan. Ketika saya memutuskan untuk melakukan trip ke Jepang bersama keluarga, saya berpikir bahwa sekiranya bisa melihat 2 musim disana akan sangat menyenangkan, plus hemat. Ya kita tau sama tau, banyak orang ke Jepang karena bunga sakura-nya, tetapi jangan sampai ketinggalan gunung Fuji-nya. Dan si Fuji ini akan terlihat sangat bagus ketika ada salju di bagian atasnya. Dengan kata lain, saya perlu memastikan bahwa kami dapat mengalami 2 musim dalam trip yang singkat (karena anak saya tidak bisa ijin sekolah terlalu lama).

Setelah mencari-cari informasi dari berbagai website, saya menyimpulkan bahwa mengalami musim salju dan sakura di Jepang adalah mungkin. Jadilah saya memulai semua perencanaan untuk trip 2 musim itu. Tentu saja lokasinya harus tepat dan waktunya harus pas. Selain itu saya juga perlu mempersiapkan tiket pesawat, hotel, akomodasi, dan aktivitas yang tepat.. sedemikian rupa sehingga trip akan optimal tapi juga tidak terlalu menggerogoti kantong.

Oya, tahukah kamu, ada website yang memberikan informasi kapan dan dimana bunga sakura akan mekar? Ada. Kamu hanya perlu cari-cari informasi ke mbah gugel. Di dalam website tersebut akan tersedia estimasi kapan sakura akan mulai mekar di berbagai bagian negara Jepang, sehingga kita bisa mengetahui dimana kita harus berada untuk musim salju, dan kemana harus datang untuk sakura.

Saat itu tahun 2018, dan berdasarkan analisa saya, waktu yang tepat adalah akhir Maret. Perjalanan dimulai di kota Osaka karena tiket pesawatnya pas ada promo, dan untuk sewa apartemennya juga menyediakan transport gratis dari bandara ke apartemen. Setelah Osaka, kami melanjutkan perjalanan ke arah utara dengan bis. Saya lupa nama daerahnya, tetapi di situ masih ada salju! Kami bisa bermain salju dan menghabiskan 1 malam yang dingin di hotel dengan nuansa tradisional Jepang. Menyenangkan!

Setelah selesai dengan “musim dingin”, kami melanjutkan perjalanan ke Tokyo. Dari Tokyo kami langsung otw ke gunung Fuji dengan bis. Benar saja, gunung Fuji masih memiliki salju di ujung atasnya sehingga bagus ketika dipandang dan difoto. Setelah seharian jalan-jalan di area gunung Fuji, kami kembali ke Tokyo dan mulai mencari sakura.

Ketemu sakura, kah? Iya, dong. Banyak malah. Foto di post ini adalah foto yang saya ambil sendiri di sana. hehehe….

Setelah semalam di Tokyo, kami pulang ke Indonesia. Waktu bersenang-senang sudah berakhir dan tiba saatnya menjalani kehidupan kembali. Kami ke Jepang hanya 5 hari 4 malam. Dua malam di Osaka, 1 malam di kota dingin [yang saya lupa namanya], dan 1 malam lagi di Tokyo. Total biaya yang kami habiskan untuk trip 5 orang (4 dewasa dan 1 anak) adalah hampir 50 juta.

ah, masa, sih?” Saya yakin ini respon kebanyakan orang yang pernah tau atau merasakan trip ke Jepang. Percayalah, biaya 10 juta/orang untuk perjalanan 5 hari 4 malam ke 3 kota di Jepang termasuk murah. Itupun separuhnya sebenarnya adalah biaya tiket pesawat. Jika saat itu saya memiliki poin untuk ditukar dengan tiket pesawat gratis, biayanya akan lebih murah lagi. Of course, kami tidak naik bullet train sama sekali karena mahal, dan kami menginap di apartemen / hotel yang 1 kamar bisa untuk 4 dewasa (+ 1 anak) sehingga hitungan per-orangnya jauh lebih murah. Selain itu kami makan sederhana selama di sana, jadi biaya-biaya lebih untuk akomodasi dan aktivitas.

“ribet, ngga, merencanakan trip seperti itu?” Jujur, ribet. Butuh effort yang lumayan, tetapi hasilnya memuaskan, koq, terutama untuk konteks duit nya :D. Mungkin ini sebabnya kenapa tour & travel laris manis. Pilihannya hanya 2, kamu keluar uang lebih (untuk bayar agen tour yang akan merencanakan semua untukmu), atau keluar effort lebih (untuk merencanakan trip sendiri sesuai budget).

Next-nya kemana? Europe! Saya ingin sekali ke Eropa, terutama kota Belanda dan Swiss, tetapi mungkin tidak dalam waktu dekat karena suasana perang dan resesi. Sekarang cukup mengumpulkan uang Euro nya dahulu karena sedang murah. wkwkwk…