
Biasanya kalau orang ditanya, ‘apa tujuan keuangan kamu?’ Jawabannya standar… ‘jadi orang kaya’ atau ‘yang penting bisa pensiun tanpa bergantung sama anak’ atau kalau mau keliatan keren ‘financial freedom, dong’.
Tidak ada yang salah dengan semua itu. saya pun memiliki keinginan yang sama juga. HANYA saja… tujuannya itu ngga jelas. tidak detil. tidak ada definisi yang clear bahwa ‘kaya atau financial freedom itu artinya berapa banyak uang’, atau ‘kapan target tercapainya’, dll.
‘Ya kalau besaran nominal kan tergantung banyak hal’ -> ini semakin tidak jelas lagi 😀 Jikalau yang namanya Goal atau tujuan itu tidak jelas, kemungkinan besar kita tidak bisa mencapainya. Wong berapa yang mau dicapainya saja tidak tau… apalagi kapan dan bagaimana-nya. Sampai sini paham ya mengapa yang namanya tujuan itu mesti jelas.
Definisi ‘tujuan yang jelas’ itu, kalau kita belajar dari bapak George Doran, adalah tujuan yang S.M.A.R.T = Specific (detil), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai a.k.a masuk akal), Relevant (sesuai dengan situasi kita), Time-based (ada waktunya).
Contoh sederhana: tujuan keuangan ‘mudik lebaran 2023’. Tujuan ini biasanya penting untuk mereka yang sedang merantau ke kota dan masih ada keluarga di kampung. Agar dapat nominal, kita bisa menghitung, misalnya A kampung di Solo, jadi harga tiket PP Jakarta-Solo utk bulan April 2023 dapat kita ketahui sekitar 2 juta. Lalu transport ke bandara + oleh-oleh 400 ribu. Sehingga yang harus terkumpul adalah 2,4 juta rupiah dalam waktu 6 bulan (agustus 2022 – januari 2023) karena perlu beli tiket jauh-jauh hari. Dengan demikian, agar terkumpul 2,4 juta dalam 6 bulan, setiap bulan A harus menabung 400 ribu.
Jelas, kan? spesifik, dapat diukur tiap bulan, dapat dicapai, relevan karena memang untuk pulang kampung, dan ada waktunya.
FYI (for your information), membuat tujuan keuangan tidak perlu jauh-jauh dulu. maksudnya, kalau baru pertama kali membuat tujuan keuangan ya jangan langsung yang durasinya 10 tahun atau 15 tahun. belajar dulu dari yang beberapa bulan, misalnya untuk mengumpulkan dana darurat. Setelah tercapai barulah buat lagi, misalnya untuk dana uang pangkal anak masuk SD dengan durasi 2-3 tahun (asumsi anak masih balita/TK). Jika sudah terbiasa juga bisa dibuat beberapa tujuan dalam waktu bersamaan. Semakin lama praktek, kita juga akan semakin mudah dan terbiasa menjalankan sehingga lebih terarah.