Beberapa hari lalu saya menonton film yang bagus. Tadinya sih nonton hanya karena penasaran setelah melihat trailer nya… kayanya lucu. Benar lucu, dan ternyata ceritanya juga sangat menarik. Ada pelajaran berharga yang bisa saya tangkap dari film Indonesia ini.
Ceritanya mengenai seorang laki-laki yang diundang ke pesta pernikahan mantannya. What? pernikahan mantan? Yoi… tepatnya mantan pacarnya nikah sama sahabat sekolah dulu. Ribet gak tuh? Jadi cowok itu sahabatan bukan sama si mantan & teman-yang-akhirnya-nikahin-mantan doang, tapi satu geng itu ada beberapa orang, jadi pas si mantan itu nikah, pengennya se-geng dateng sekalian reunian.
Tentu saja, awalnya si cowok ngga mau datang, tapi ibu nya mengingatkan pentingnya menjadi dewasa; bahwa meskipun tidak jadi nikah dengan si cewek, tidak perlu musuhan selamanya, toh sebenarnya mereka sahabatan dan memang diundang. Jadi kenapa tidak datang?
Akhirnya tiba hari pernikahan sang mantan, tanggal 11 April. Si cowok dibangunkan oleh telepon ibunda, disusul oleh telepon dari sahabatnya agar tidak terlambat datang di akad. Jadilah si cowok ini pergi di hari pernikahan si cewek, sejak dari pagi untuk akad. Di pagi hari itu ada kejadian yang malesin, mulai dari mobil mogok, mesti cari ATM untuk cari transportasi online, sampai supir transportasi online nya yang super cerewet. Tapi akhirnya bisa datang di acara, dari pagi sampai malam selesai acara resepsi. Semua tampak biasa, ketemuan teman-teman, diledekin macem-macem, melihat sang mantan pakai baju pengantin sampai terbayang penyesalan waktu dulu tidak jadi nikah dengannya, dan lain-lain.
Cerita berlanjut lagi pas si cowok dibangunkan oleh telepon ibunya, kali ini dia kaget karena ibunya koq mengatakan hal yang sama seperti kemarin [pas hari pernikahan sang mantan]. Tentu saja, dia spontan menjawab ibunya demikian, kenapa ngomongin hal yang dibicarakan kemarin. Ibunya lalu mengatakan bahwa itu hanya alasan, karena hari ini adalah hari pernikahan si cewek. Kaget, si cowok melihat tanggal dan benar tanggal 11 April. “Lha?” Sahabatnya lalu menelepon untuk mengingatkan agar tidak terlambat datang ke akad. “Lho?” Ternyata hari berulang. Dia mengalami kejadian yang sama persis, mulai dari mobil mogok, harus cari ATM karena tidak ada uang, supir transportasi online yang super cerewet, ledekan teman-teman di acara nikah, dll. Semua masih dijalani seperti biasa.
Esoknya ternyata terjadi lagi, hari yang sama berulang, mulai dari telepon ibu yang membangunkan tidur, telepon sahabat yang mengingatkan untuk tidak terlambat akad, mobil mogok, supir transportasi online yang cerewet. Tetapi kemudian si cowok berpikir, apakah itu adalah kesempatan keduanya untuk menggagalkan pernikahan sang mantan sehingga dia yang bisa menikah dengannya.
Maka mulailah dia melakukan berbagai macam hal untuk menggagalkan acara nikah sang mantan. Asli lucu-lucu. Mulai dari meminta maaf sesaat sebelum akad, meminta balikan sebelum akad, sampai membuka aib teman cowok yang mau menikah itu dengan cerita menghamili perempuan lain.
Sampai suatu kali, karena cerita menghamili perempuan lain, sang mantan membatalkan nikah dan lari. Si cowok menemani dan berusaha menjadi temannya lagi. Dengan hati yang hancur, lalu ada si cowok yang memang sahabatnya sejak sekolah (jadi tau bagaimana harus menghibur ketika sedih), sang mantan terlihat membuka kembali hatinya. Mereka tampak bahagia di hari itu. Terkesan akhir film ini adalah mereka berdua yang akhirnya menikah.
Namun……. ternyata hari tidak berganti. Si cowok tetap terbangun oleh telepon ibunya yang mengingatkan untuk datang di hari pernikahan sang mantan, sahabatnya yang kemudian menelepon supaya tidak datang terlambat…. kalau saya jadi dia, pasti stress, sih. Kenapa hari masih sama? bukannya usahanya sudah berhasil untuk menggagalkan pernikahan dan mendapatkan cintanya lagi? bukankah itu maksud dari kesempatan yang diberikan, agar dia bisa memperbaiki kesalahan yang dulu diperbuatnya kepada sang mantan?
Hari tetap berlanjut di tanggal 11 April. Si cowok kemudian menyerah, dia memilih untuk diam saja seharian itu, diceritakan juga ada waktunya dia pergi keluar kota, mendaki gunung, sampai ngobrol ngalor ngidul tidak jelas.
Sampai suatu hari, ada kejadian dimana dia menemukan kemungkinan kenapa hari nya terus berulang, yaitu karena kutukan seorang pengemis yang sempat diberinya uang di tanggal 10 April malam. Akhirnya si cowok mengajak sahabatnya untuk mencari pengemis itu, harapannya dapat menemukan si pengemis sehingga hidupnya bisa berlanjut, tidak berhenti di tanggal 11 April. Sepanjang pencariannya tersebut, dia tetiba melihat supir transportasi online yang super cerewet di salah satu acara, yang ternyata seorang yang sukses. Supir itu sudah sukses tetapi tetap bekerja dan selalu menyenangkan ibunya.
Dari satu kejadian ke kejadian lain, si cowok itu menjalaninya. Setiap apa yang dia temukan, dia dengar, dia ketahui, dia lihat, dia ikuti… mungkin jadi petunjuk kenapa hari-nya terus berulang.
Sampai pada suatu titik, dia memahami satu hal… keluarga. Dia belum memaafkan ayahnya karena sudah meninggalkan ibunya untuk perempuan lain, dan itulah akar dari kegagalan pernikahannya dulu dengan sang mantan, dia takut menjadi seperti ayahnya.
Tanggal 11 April [yang entah sudah terjadi berapa kali], dia jalani dengan senyum. Telepon ibu dan sahabatnya dijawab dengan antusias, acara akad sang mantan dihadiri dengan senyum dan ungkapan bahwa dia ikut bahagia. Setelah akad, dia pergi ke rumah ayahnya yang sudah lama tidak pernah ditemui. Dia memaafkan ayahnya [yang ternyata bukan meninggalkan ibunya tetapi menyelamatkan wanita lain yang saat itu sedang hamil karena diperkosa lalu terjadi salah paham]. Setelah dari tempat ayahnya, dia kembali ke acara resepsi sang mantan, bertemu dan ngobrol dengan orang-orang baru, termasuk seorang wanita yang sedang sedih karena selalu gagal nikah. Saat itu karena si cowok berpikir mungkin hari nya toh akan berulang, dia langsung melamar wanita itu. Malam berlanjut, si cowok mendapatkan kedamaian karena dia sudah memaafkan ayahnya dan seperti mendapatkan sesuatu yang selama ini hilang dalam hidupnya.
Cerita berlanjut dengan dia terbangun oleh telepon, yang dia pikir adalah ibunya yang mengingatkan untuk datang ke akad, ternyata wanita yang dia lamar diacara resepsi. Hari sudah berganti! Tanggal tidak lagi 11 April, tetapi sudah menjadi 12 April. Ternyata kesempatan kedua itu bukan untuk memperbaiki kesalahan masa lalu, tetapi untuk mencari tau kenapa melakukan kesalahan tersebut dan menyelesaikannya sehingga bisa mendapatkan kebahagiaan di hari esok