Besaran dana darurat

Di beberapa post terdahulu saya sudah pernah menulis mengenai pentingnya dana darurat. Jangan mengira keuangan selalu aman jika memiliki pekerjaan tetap, karena apapun bisa terjadi. Bahasa kerennya, Nobody knows the future (tidak ada orang yang bisa mengetahui masa depan), jadi jika hari ini kita masih bisa datang ke kantor dan memiliki jabatan penting, besok mungkin sesuatu bisa terjadi yang kemudian membuat kita tiba-tiba kehilangan pekerjaan. Ketika pekerjaan hilang = pendapatan hilang. Disinilah dana darurat comes to the rescue! (a.k.a menyelamatkan).

Saya coba berikan analogi sederhana. Kenapa di setiap wilayah selalu ada pos pemadam kebakaran yang pasti selalu ada staffnya yang berjaga. Apakah setiap hari ada kebakaran? (amit-amit..) Apakah setiap hari pasti ada yang perlu petugas kebakaran? tentu tidak. Namun demikian, ketika terjadi insiden kebakaran, dimana biasanya kebakaran itu selalu tiba-tiba dan tidak terencana, petugas pemadam kebakaran akan cepat datang dan mengatasi insiden tersebut. Bayangkan kalau tidak ada pos dan petugas yang berjaga (standby), tentu akan lama menunggu petugas datang ke lokasi satu persatu, yang ada kebakarannya lebih meluas dan sangat mungkin menambah kerugian dan kerusakan bahkan kematian.

Sampai sini jelas, ya. Dana darurat dibutuhkan untuk setiap kejadian yang tidak direncanakan, tidak terduga, dan biasanya tidak diinginkan. Contohnya seperti tadi diawal, tiba-tiba kehilangan pekerjaan. Contoh lainnya adalah ketika ada kejadian atau peristiwa yang mendadak dan membutuhkan dana karena harus segera diatasi, misalnya tiba-tiba sakit dan harus segera ada tindakan padahal penyakitnya tidak dicover asuransi. Atau misal AC atau kulkas mati, inipun biasanya harus cepat diganti karena dijaman sekarang, keluarga (apalagi ada anak) hampir tidak bisa hidup tanpa AC ataupun kulkas.

Pertanyaan selanjutnya, berapa besar dana darurat yang harus tersedia? Secara umum, banyak pakar keuangan yang menyarankan untuk menyediakan dana darurat berdasarkan status dan jumlah pengeluaran. Status disini maksudnya single atau sudah berkeluarga. Jika status single apalagi masih tinggal di rumah orang tua, dana darurat hanya dibutuhkan sedikit. Tetapi jika status sudah berkeluarga dan punya anak atau tanggungan apalagi sedang dalam cicilan, dana darurat sangat sangat dibutuhkan.

Saya pribadi setuju dengan konsep besaran dana darurat sesuai jumlah pengeluaran. Jadi misalnya keluarga Andi (suami, istri, 2 anak) memiliki pengeluaran rata-rata 5 juta / bulan, maka besaran dana darurat didasarkan pada nilai 5 juta itu. Idealnya minimal sebesar 6 bulan pengeluaran, tetapi menurut saya tidak perlu langsung sekaligus. Maksudnya, targetnya memang sampai 6xpengeluaran-bulanan tadi, tetapi durasi pengumpulannya tidak perlu langsung berbarengan, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan finansial masing-masing.

Contoh:

Keluarga Andi tadi butuh 5 juta/bulan untuk hidup, dan ada cicilan motor 800 ribu/bulan. Penghasilannya misalnya 7 juta/bulan sehingga masih ada sisa 1,2 juta/bulan yang bisa dimanfaatkan. Andi memang bisa langsung menggunakan 1,2 juta/bulan untuk tabungan dana darurat, tetapi dia juga ingin punya rumah. Why not? Jika demikian, Andi bisa memecah 1,2 juta tersebut untuk 2 pos. Pos pertama untuk tabungan dana darurat, dimana penempatannya sebaiknya di tempat yang bisa kapanpun diambil (misalnya di rekening lain atau di deposito yang bisa diambil kapanpun tanpa pinalti). Pos keduanya adalah tabungan untuk DP rumah, yang penempatannya sebaiknya di tempat “terkunci” sesuai dengan rencana kapan mau digunakan (misalnya di reksadana jika rencana penggunaan masih 1-2 tahun). Dengan perencanaan demikian, Andi sedikit banyak tidak akan merasa terbebani dengan “merasa harus nabung dana darurat saja”, karena masih ada porsi investasi untuk sesuatu yang sesuai impiannya, dalam hal ini rumah.

Ketika dana darurat sudah terkumpul, maka alokasinya bisa dialihkan lagi untuk rencana impian atau kebutuhan lain. Sederhana, kan? Tidak ada yang sulit dalam perencanaan keuangan, hanya butuh disiplin dan waktu yang cukup saja. Semangat!