Mengerti produk

Sekitar sebulan lalu, sekolah anak saya mengadakan webinar untuk orang tua secara online, pakai aplikasi yang sudah sering kita dengar sejak jaman pandemi, si jum (bukan nama asli – red).
Pada hari H, saya join di aplikasi tersebut, dan ada moderator yang merupakan seorang guru disekolah. Acara lalu dimulai dengan kata sambutan, kemudian moderator meminta orang tua untuk masuk ke ruang terpisah sesuai tingkatan kelas. Anak saya level SMP, jadi saya masuk ruangan kelas besar. Setelah masuk ke ruangan tersebut, entah mengapa peserta “terlempar” keluar dari ruang terpisah itu. Moderator melihat hal itu lalu meminta kami menunggu. Tidak lama muncul icon ruang kelas lagi dan orang tua diminta masuk lagi sesuai tingkatan. Setelah masuk kembali ke ruang kelas besar, eh kelempar lagi dalam waktu 5 menitan. Kejadiannya terjadi sampai 3x, lalu tiba-tiba ada seorang mami yang nyeletuk dengan suara ketus “gimana sih ini, keluar masuk terus? itu settingannya belum diatur bu”…..

Dalam hati saya berpikir “ya elah. kalau memang ngerti kasitau cara settingnya kali, emangnya semua orang ngerti jum”. Pada akhirnya sih jum itu bisa diatur ruang-ruangnya, hanya jadi ngaret karena handle masalah kelempar sampai 3x itu. Lalu saya jadi dapat ilham untuk menulis ini.

Saya percaya setiap orang bisa mempelajari sesuatu, dan ketika sesuatu itu sering dan rutin digunakan, pasti jadi jago. As simple as that…
Dengan kata lain, bukan berati karena seseorang adalah pakar dalam suatu ilmu maka dianggap bisa mengerti seluruh bidang ilmu. Seorang profesor pasti jago terhadap hal-hal yang sering dan rutin dia pelajari dan gunakan, sisanya ya biasa ajah. Sama seperti jum tadi, meskipun moderator itu seorang guru, bukan berati dia akan jago jum, karena mungkin dia jarang pakai. Jangankan guru tadi, saya sendiri adalah seorang pekerja bidang IT dan saya sudah biasa menggunakan berbagai software atau aplikasi, tetapi karena saya jarang sekali pakai jum, saya bahkan tidak tahu kalau di jum itu bisa ada ruang-ruang terpisah.

Contoh sederhana lain, saya ini pengguna salah satu merek deterjen. Setiap hari saya pakai tuh deterjen untuk cuci baju. Si deterjen itu ada 2 jenis untuk merek yang sama, 1 dipakai untuk mesin, 1 dipakai biasa untuk pakaian yang luntur karena tidak bisa masuk mesin. Saking seringnya pakai dan beli, saya jadi tau persis cara bedain deterjen itu, termasuk harga masing-masing dengan komposisi berbeda-beda. Misal dikatakan, ada promo deterjen 750 ml 2 pieces harganya 50 ribu, saya tidak mau beli meskipun harga pasarannya memang 27-30 ribu/piece. Kenapa? karena saya pernah beli deterjen yang sama dengan ukuran 1,4 L seharga 38 ribu/piece 😀 Maka saya biasanya akan membeli dalam jumlah agak banyak sekalian jika ketemu harga seperti itu.

Jadi intinya apa, min? Intinya saling menghargai ajah. Jika ada hal-hal yang orang lain tidak paham meskipun gelarnya sederet, ya komentar positif saja kalau mau komen, atau sekalian bantuin jelasin kalau memang lebih paham. Simple, toh…