Saya pernah membaca surat keluhan pembaca mengenai satu agen perjalanan yang di cap “penipu”. Alasan di cap demikian memang wajar, yaitu agen tersebut tidak kunjung mengembalikan uang trip yang dibatalkan, atau agen tiba-tiba reschedule perjalanan secara sepihak dan mendadak. Bayangkan, yang namanya trip pasti butuh rencana, apakah itu cuti, ijin sekolah, ataupun aktivitas rutin lain. Ketika trip dibatalkan mendadak tentunya akan membuat rencana-rencana tadi berantakan.
Kasus terparah menurut saya adalah ketika nasabahnya adalah rombongan yang berasal dari luar kota Jakarta dan pembatalan sepihak oleh agen dilakukan ketika mereka sudah datang ke Jakarta (karena pemberangkatan trip dari Jakarta) sehingga rombongan tersebut luntang-luntung di kota Jakarta tanpa ada kompensasi uang atau akomodasi akibat pembatalan. Kalau membaca ceritanya benar-benar kasihan, deh. Sepertinya setelah kejadian tersebut, mereka akan trauma menggunakan agen perjalanan lagi.
Kita memang akan sulit mengetahui apakah suatu agen perjalanan akan menipu atau tidak. Contoh yang tadi saya tulis diatas, berdasarkan penelusuran di internet, agen tersebut sebenarnya pernah benar-benar menjalankan trip, koq. Review mengenai trip betulannya juga pernah ada, plus harga trip nya juga termasuk murah dibandingkan travel sejenis sehingga mungkin akhirnya banyak orang yang tertarik. Nah, perkara kemudian agen perjalanan tersebut akhirnya membatalkan / reschedule sepihak atau tidak mengembalikan uang trip yang dibatalkan (a.k.a dianggap menipu), itu yang kita tidak bisa ketahui.
Yang pasti, kalau mau mencari tour, kita harus membandingkan tour sejenis dari beberapa travel agent. Ketika sebuah trip terlalu murah, itu harus menjadi pertanyaan. Tapi kalau trip nya terlalu mahal juga bisa boncos keuangan.
Jadi bagaimana dong solusinya? Kalau tanya saya, jawaban saya akan sama seperti yang sudah pernah saya tuliskan sebelumnya, solusi terbaik adalah melakukan trip sendiri. Jika belum pengalaman, mulai saja yang dekat, tidak ribet (tanpa visa) dan bahasanya “user friendly“, yaitu Malaysia. Saya sudah beberapa kali ke Malaysia dan menurut saya jalan-jalan ke negara ini sudah seperti perjalanan domestik. Di sana saya masih bisa sedikit-sedikit berbahasa Indonesia, makanannya tidak jauh berbeda dengan disini, lalu akomodasinya juga termasuk melimpah dan murah-meriah. Transportasi umum juga enak karena dari bandara tinggal naik kereta cepat ke pusat kota, ke tempat-tempat lain juga tinggal naik MRT/LRT.
Ketika kita sudah punya pengalaman merencanakan perjalanan sendiri, trip selanjutnya akan lebih terasa mudah. Jadi konsepnya adalah membiasakan diri dengan trip sederhana, setelah itu lama-lama baru lanjut dengan trip yang lebih kompleks (biasanya melibatkan visa atau negara yang cukup jauh). Well, untuk visa sebenarnya tidak bisa dibilang ribet juga karena saat ini juga sudah ada jasa pembuatan visa. Mudah, kan?