
Saya teringat satu kisah nyata tentang pemilik restoran nasi padang. Jadi dulu ketika saya masih kecil (awal ’90an), orang tua saya punya restoran chinese food, dan di sebelah restoran kami itu ada restoran nasi padang. Saya dulu sering bantu ortu saya di restoran, lalu saya sempat memperhatikan kalau ada waktu-waktu dimana resto nasi padang itu bisa tutup lumayan lama. Maka saya tanya ke mama saya, kenapa resto sebelah tutupnya bisa lama.
Mama saya cerita, setiap bulan puasa resto nasi padang itu akan tutup dan baru akan buka lagi setelah lebaran. Pemilik restoran nasi padang itu punya kotak simpanan di mejanya. Setiap hari selama berdagang, dia akan memasukkan sedikit uang ke kotak tersebut untuk nanti digunakan selama tutup. Jadi selama +-11 bulan berdagang, dia menabung untuk nanti dipakai selama +-1 bulan tutup.
Waktu itu saya tidak terlalu paham (namanya anak kecil), jadi cuma respon “oh” saja. Tetapi setelah saya dewasa, belajar tentang financial planning, belajar tentang yang namanya prioritas, saya jadi kagum dengan pemilik restoran nasi padang itu. Hebat, lho. Bayangkan, pemilik itu sadar benar bahwa menunaikan ibadah puasa sampai merayakan Idul Fitri itu adalah hal yang sangat penting, adalah prioritas dalam hidupnya, sehingga dia rela menutup restorannya selama 1 bulan. Kira-kira, kalau kamu seorang pemilik restoran, apakah kamu berani melakukan hal yang sama? Mungkin kebanyakan pengusaha akan berpikir “Buset, tutup seminggu dua minggu aja bisa rusak cashflow gue.”
Menariknya, pemilik itu juga mengerti bahwa selama tutup restoran dia tetap perlu ada uang untuk biaya hidup keluarganya, termasuk membayar karyawannya, jadi dia menabung dengan rutin dan rajin. Saya bayangkan, setiap malam saat tutup restoran, pemilik akan menghitung pendapatannya hari itu (jaman itu hanya ada uang cash) lalu beberapa lembar uang yang diperolehnya dimasukkan ke kotak simpanannya, setiap hari. Dengan kata lain, kesadarannya akan sebuah prioritas juga diikuti oleh sebuah tindakan yang cerdas. Pemilik restoran itu tidak sekedar “yang penting ibadah” lalu mengabaikan hal-hal penting lainnya, tetapi dia memikirkan semua hal yang mungkin terdampak dari prioritas ibadah tersebut untuk kemudian dicari solusi terbaiknya. Wow, ya?
Saya benar kagum. Apa yang pemilik resto itu lakukan mungkin hanya bisa dilakukan segelintir orang. Kita tau sama tau saja, kalau sudah urusan kerja dan bisnis, yang lain bisa dilewatin. Jangankan ibadah, anak dan pasangan saja bisa “diabaikan” ketika ngurusin duit. Benar?!?
Jadi kesimpulannya apa? Buat saya, pemilik restoran nasi padang itu mengajarkan tentang arti pentingnya sebuah prioritas, dan cara menyeimbangkan prioritas tersebut dengan hal-hal terkaitnya. Pemilik resto itu mengajarkan bahwa pasti ada hal yang terdampak ketika mesti fokus ke suatu hal sehingga perlu memikirkan solusi untuk semuanya agar balance.
Siapa yang mau pensiun dini sehingga bisa fokus ke keluarga atau sosial?
“Mau, sih, tapi kan dapur tetap perlu ngebul. Gimana beli beras kalau tidak ada pemasukan?” Bisa, koq, kalau kita mau belajar financial planning sejak muda dan mulai mempraktekkannya. Sampai pada suatu titik dimana aset investasi kita sudah bisa ‘bekerja’, maka kita-nya tidak perlu bekerja. Aset yang bekerja sehingga kita tetap ada pemasukan. Selain itu, siapa bilang ‘pensiun’ itu artinya duduk diam saja setiap hari? Jaman dulu sih iya, kalau sudah pensiun tidak bisa ngapa-ngapain lagi, tapi jaman sekarang beda. Nanti kita bahas di post lain untuk ‘pensiun’ ini… 🙂