Jatuh ke jurang

Kali ini saya ingin membagikan pengalaman saudara saya yang sudah jatuh ke jurang… hutang.

Yup… ini postingan mengenai keuangan, bukan fisik. Saya menggunakan istilah yang agak hiperbola (jurang) karena biasanya yang mengalami memang akan merasakan pengalaman yang menyakitkan, dan kemungkinan besar tidak bisa keluar tanpa bantuan orang lain.

Mungkin sebagian dari kalian sudah dapat menebak.. “hutang disini pasti pinjol“.

Yes!!! benar sekali. Memang hutang pinjol yang dapat menjatuhkan orang ke jurang. Kenapa? karena bunga hutangnya sangat tidak masuk akal. Bahkan untuk jenis pinjol yang katanya resmi, bunganya luar biasa tinggi.

Satu contoh yang saya ingat dari kasus saudara saya itu.. dia mengajukan pinjaman 10 juta, tetapi dihitung pinjamannya 11,1 juta karena 1,1 jutanya dianggap untuk biaya-biaya, entah biaya administrasi, biaya pencairan, atau biaya lainnya lagi. Nah, dari 11,1 juta itulah baru dihitung bunga, tergantung tenor yang diambil. Saudara saya ambil yang tenor 6 bulan, cicilannya 2,7 juta sekian (saya lupa persisnya); maka total yang harus dia kembalikan dalam 6 bulan adalah 16 jutaan. Bayangkan… pinjaman 10 juta menjadi 16 jutaan dalam waktu 6 bulan. Secara persentase, bunganya lebih dari 60%. Kira-kira dengan bunga seperti ini apakah seseorang bisa membayarnya? Kemungkinan besar tidak. Yang paling mungkin terjadi adalah meminjam di tempat lain lagi untuk membayar. Dengan kata lain, mulailah siklus gali lubang tutup lubang. Ketika siklus ini sudah cukup lama berlangsung, barulah tercipta kondisi “jatuh ke dalam jurang hutang”, yaitu kondisi dimana tidak bisa lagi membayar tetapi hutang-hutang yang ada terus ditagih, apalagi katanya penagihannya ada yang cukup ekstrim dan bisa sampai mempermalukan orang tersebut.

Kesimpulannya? Jangan pernah coba pinjol, deh. Percayalah…. godaan dan iklan-iklannya memang banyak dan menarik tetapi konsekuensinya juga sangat tinggi. Saudara saya tadi, sebelum menyerah dan meminta bantuan, sudah menjual perhiasan-perhiasannya dan juga menggadaikan motor-motornya. Bayangkan lagi.. bahkan setelah semua aset-asetnya dijual, hutang-hutangnya pun tidak lunas, padahal pinjaman awal yang dilakukannya tidak menambah aset apapun.

Jadi balik lagi, jangan pernah mencoba pinjol. Jika tidak punya uang, tidak perlu bergaya. Lebih baik makan nasi dengan telor ceplok tetapi hati tenang, dibandingkan makan di restoran tapi diteror debt collector. Lebih baik pakai hp murah yang penting berfungsi, daripada pakai hp bermerek tapi setiap hari di telepon penagih hutang.

Bukan berati tidak boleh membeli barang mahal, tetapi prinsipnya adalah jika ingin membeli barang-barang keinginan (bukan kebutuhan), pakai dari hasil investasi. Artinya, uang yang kita hasilkan dari jerih payah kita, gunakan dahulu untuk berinvestasi. Ketika investasi itu sudah menghasilkan profit barulah profitnya dipakai untuk membeli; dengan demikian kita tidak akan pernah kehabisan uang. Pelajari dan praktekkan financial planning untuk mencapai kebebasan finansial. Ciayoo!